Cover of Laut Bercerita

Laut Bercerita

by Leila S. Chudori

30 popular highlights from this book

Buy on Amazon

Topics & Themes

Explore highlights by topic to discover patterns and connections across different themes in the book.

Productivity1 highlights
“I always imagined that when death arrived, there would be an earthquake or a volcanic eruption and the falling of leaves. I imagined the arrival of Judgement Day, with the ocean rising and covering the earth- drowning all people, animals, and every living creature. And when that happened, when I drowned, my death would cause a tremendous tremor. Or like the God of time, Kali, slowly plucking my soul from my body like a thread which when pulled causes the entire skein of cloth to unravel.But that was just an illusion. As it turned out, my death was more like it is when a poet puts the final dot on the last line of a poem, or like a light switched off.Quiet. And ever so silent. Ever so still. I was no longer relevant.”

Key Insights & Memorable Quotes

Below are the most popular and impactful highlights and quotes from Laut Bercerita:

“Ketidaktahuan dan ketidakpastian kadang-kadang jauh lebih membunuh daripada pembunuhan.”
“Matilah engkau matikau akan lahir berkali-kali...”
“Pengkhianat ada di mana-mana, bahkan di depan hidung kita, Laut. Kita tak pernah tahu dorongan setiap orang untuk berkhianat: bisa saja duit, kekuasaan, dendam, atau sekadar rasa takut dan tekanan penguasa. Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.”
“Kematianku tak lebih dari seperti saat seorang penyair menuliskan tanda titik pada akhir kalimat sajaknya.”
“Aku tak tahu apakah aku sudah membuat jejak atau belum selama hidupku.Sudah. Kamu membuat bait pertama dari puisi hidupmu. Kamu melawan.”
“Kita tak ingin selama-lamanya berada di bawah pemerintahan satu orang selama puluhan tahun, Laut. Hanya di negara diktatorial satu orang bisa memerintah begitu lama...seluruh Indonesia dianggap milik keluarga dan kroninya. Mungkin kita hanya nyamuk-nyamuk pengganggu bagi mereka. Kerikil dalam sepatu mereka. Tapi aku tahu satu hal: kita harus mengguncang mereka. Kita harus mengguncang masyarakat yang pasif, malas, dan putus asa agar mereka mau ikut memperbaiki negeri yang sungguh korup dan berantakan ini, yang sangat tidak menghargai kemanusiaan ini, Laut.Kinan”
“Orang yang suatu hari berhianat pada kita biasanya adalah orang yang tak terduga, yang kau kira adalah orang yang mustahil melukai punggungmu.”
“....jangan menganggap bahwa hidup adalah serangkaian kekalahan.”
“Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita tidak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.”
“Rasa ingin tahu adalah kualitas terbaik dalam jurnalisme.”
“DPRD atau DPR selama ini adalah septic tanc, tempat penampungan belaka. Negara ini sama sekali tidak mengenal empat pilar. Kami hanya mengenal satu pilar kokoh yang berkuasa: presiden.”
“Mungkin aksi Payung Hitam setiap hari Kamis bukan sekadar sebuah gugatan, tetapi sekaligus sebuah terapi bagi kami dan warga negeri ini; sebuah peringatan bahwa kami tak akan membiarkan sebuah tindakan kekejian dibiarkan lewat tanpa hukuman. Payung Hitam akan terus-menerus berdiri di depan istana negara. Jika bukan presiden yang kini menjabat yang memberi perhatian, mungkiin yang berikutnya, atau yang berikutnya....”
“Laut itu, Asmara, tak hanya terdiri dari ikan cantik dan kuda laut, tetapi juga pada masanya ada badai dan ombak besar yang hanya bisa dijinakkan oleh tembang merdu para nelayan.Alex”
“Setiap langkahmu, langkah kita, apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak, adalah sebuah kontribusi, Laut. Mungkin saja kita keluar dari rezim ini 10 tahun lagi atau 20 tahun lagi, tapi apa pun yang kamu alami di Blangguan dan Bungurasih adalah sebuah langkah. Sebuah baris dalam puisimu. Sebuah kalimat pertama dari cerita pendekmu....Kinan”
“Asmara...kita hidup di negara yang menindas rakyatnya sendiri. Bapak senang berada di antara anak-anak muda yang mengerti bahwa bergerak, meski hanya selangkah dua langkah, jauh lebih berharga dan penuh harkat daripada berdiam diri.Bapak”
“Kita tak boleh jatuh, tak boleh tenggelam, dan sama sekali tak boleh terempas karena peristiwa ini. Kebenaran ada di tangan mereka yang memihak rakyat.Bram”
“I always imagined that when death arrived, there would be an earthquake or a volcanic eruption and the falling of leaves. I imagined the arrival of Judgement Day, with the ocean rising and covering the earth- drowning all people, animals, and every living creature. And when that happened, when I drowned, my death would cause a tremendous tremor. Or like the God of time, Kali, slowly plucking my soul from my body like a thread which when pulled causes the entire skein of cloth to unravel.But that was just an illusion. As it turned out, my death was more like it is when a poet puts the final dot on the last line of a poem, or like a light switched off.Quiet. And ever so silent. Ever so still. I was no longer relevant.”
“Peristiwa yang tak nyaman atau menyakitkan tidak perlu dihapus, tetapi harus diatasi.”
“Diskusi-diskusi itu perlu agar kami semua bisa belajar dengan kritis. Kita tak bisa hanya menelan informasi yang dilontarkan pemerintah. Mereka bisa bikin sejarah sendiri, kami mencari tahu kebenaran. Kita tak bisa diam saja hanya karena ingin aman.”
“Kamu harus bisa membedakan mereka yang bermulut besar, omong besar, dengan mereka yang memang serius ingin memperbaiki negeri ini”
“Yang paling sulit adalah menghadapi ketidakpastian. Kami tidak merasa pasti tentang lokasi kami; kami tak merasa pasti apakah kami akan bisa bertemu dengan orangtua, kawan, dan keluarga kami, juga matahari; kami tak pasti apakah kami akan dilepas atau dibunuh; dan kami tidak tahu secara pasti apa yang sebetulnya mereka inginkan selain meneror dan membuat jiwa kami hancur....Alex”
“Mengapa mereka tidak membunuh semuanya atau melepas semuanya sekaligus? Mengapa mereka harus bermain tebak-tebakan dan mempermainkan emosi anggota keluarga dan kawan dekat?”
“Sedangkan apa yang kuhadapi sekarang adalah sesuatu yang asing: tak pasti, terus-menerus menggerogot rasa optimisme dan kemanusiaan.”
“Kita harus selalu mencoba berbuat sesuatu, menyalakan sesuatu, sekecil apa pun dalam kegelapan di negeri ini.”
“Pengkhianat ada di mana­-mana, bahkan di depan hidung kita, Laut. Kita tak pernah tahu dorongan setiap orang untuk berkhianat: bisa saja duit, kekuasaan, dendam, atau sekadar rasa takut dan tekanan penguasa,” kata Bram mengangkat bahu. “Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.”
“Pengkhianat ada di mana-­mana, bahkan di depan hidung kita, Laut. Kita tak pernah tahu dorongan setiap orang untuk berkhianat: bisa saja duit, kekuasaan, dendam, atau sekadar rasa takut dan tekanan penguasa,” kata Bram mengangkat bahu. “Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita per caya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.”
“Pengkhianat ada di mana­mana, bahkan di depan hidung kita, Laut. Kita tak pernah tahu dorongan setiap orang untuk berkhianat: bisa saja duit, kekuasaan, dendam, atau sekadar rasa takut dan tekanan penguasa,” kata Bram mengangkat bahu. “Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita per caya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.”
“Sebagai seorang mahasiswa hijau, apa yang bisa kita lakukan untuk mengguncang sebuah rezim yang begitu kokoh berdiri selama puluhan tahun, dengan fondasi militer yang sangat kuat dan ditopang dukungan kelas menengah dan kelas atas yang nyaman dengan berbagai lisensi dan keistimewaan yang dikucurkan oleh Orde Baru?”
“Sebagai seorang mahasiswa hijau, apa yangbisa kita lakukan untuk mengguncang sebuah rezim yang begitu kokoh berdiri selama puluhan tahun, dengan fondasi militer yang sangat kuat dan ditopang dukungan kelas menengah dan kelas atas yang nyaman dengan berbagai lisensi dan keistimewaan yang dikucurkan oleh Orde Baru?”
“Sebagai seorang mahasiswa hijau, apa yangbisa kita lakukan untuk mengguncang sebuah rezim yang begitu kokoh berdiri selama puluhan tahun, dengan fondasi militer yang sangat kuat dan ditopang dukungan kelas menengah dan kelas atas yang nyaman dengan berbagai lisensi dan keistimewaan yangdikucurkan oleh Orde Baru?”

Search More Books

More Books You Might Like

Note: As an Amazon Associate, we earn from qualifying purchases